Jumaat, 10 Ogos 2012

PAMERAN LITERASI BAHASA

Program     :  PPG
Opsyen       :  Pengajian Bahasa Melayu
Kumpulan  :  1
Semester    :  2





MUTIARA KATA...SEKADAR RENUNGAN...

  

Hidup memerlukan pengorbanan. pengorbanan memerlukan perjuangan. perjuangan memerlukan ketabahan. ketabahan memerlukan keyakinan. keyakinan pula menentukan kejayaan. kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan.
Jika anda menyayangi seseorang itu kerana Allah, maka janganlah bertengkar dan berbalah dengannya, janganlah menanyakan sesiapa tentangnya, kerana orang yang ditanya itu mungkin memberitahu anda perkara yang mengelirukan yang boleh menghalang perhubungan anda dengan orang itu.
“rezeki.. ada di mana2, datang tanpa diduga, tepat pada masa, yg penting, usaha & tawakkal”
Perbezaan antara orang yang berjaya dengan orang yang gagal terletak pada rohaninya. apa yang dapat difikirkan menentukan apa yang akan dicapai.
Bukti yang paling jelas tentang ketajaman akal fikiran seseorang ialah apabila ia dapat mempernyatakan apa yang ia mahu dengan secara ringkas.
Orang yang terakhir tertawanya, tentu lebih banyak tertawa.
Berfikir secara rasional tanpa dipengaruhi oleh naluri atau emosi merupakan satu cara menyelesaikan masalah yg paling berkesan
Apakah diharapkan hujan tanpa awan.
Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya, “Setiap mata akan menangis pada hari kiamat kecuali mata yang menutup dari melihat sesuatu yang haram, mata yang berjalan malam dalam jihad pada jalan Allah dan mata yang menitiskan air mata sekali pun sebesar kepala lalat kerana takutkan Allah.” (H.R Abu Naim)
Sesiapa yang tidak pernah merasai kepahitan tidak akan mengenal kemanisan.
Dunia ini ibarat pentas. Kita adalah pelakonnya. Maka berlumba-lumbalah beramal supaya hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari ( Saidina Ali)
Sahabat yang setia bagai pewangi yang mengharumkan. Sahabat sejati menjadi pendorong impian. Sahabat berhati mulia membawa kita ke jalan Allah.
Jadilah cahaya suram yang kekal abadi sinarannya dan elakkan daripada menjadi cahaya terang yang bersifat seketika cuma.
Cakap sahabat yang jujur lebih besar harganya daripada harta benda yg diwarisi dari nenek moyang (Saidina Ali)
Air mata wanita adalah senjata yang membuahkan kemenangan.
Berfikir itu cahaya, kelalaian itu kegelapan, kejahilan itu kesesatan dan manusia yang paling hina ialah orang yang menganiaya orang bawahannya.

SEBUAH RENUNGAN BAGI PARA REMAJA KITA...


Bonda,
Dalam hati pernah bercerita.
Berkata tentang kita.
Tentang susah senang hidup kita.
Tentang pahit getir perjalanan kita.
Bonda,
Jika dahulu aku buntu.
Jika dahulu aku runsing.
Dan jika dahulu aku buta.
Doa mu masih tak jemu menyusurku.
Bonda,
Biar merpati beralih arah.
Mendung timbul di celahan kaca.
Hujan turun di kutub utara.
Kau insan terindah figura dunia.
Warna memori.
Adakala terluka dan terhiris.
Tiada ku kecil dan tiada ku besar.
Dan bila sang hitam menjelma.
Wajah mu sering bermain di kotak mindaku.
Hingga terbawa di buai lena maya.
Bonda,
Katakan lah apa saja.
Lautan merah aku renangi.
Gunung tertinggi aku daki.
Si pelangi aku cari.
Setia ku tak kan pudar.
Walau datang ribut melanda.
Bonda,
Jika aku pergi dulu.
Jangan ditangisi semua itu.
Tidak ku sanggup melihat dirimu berduka lagi.
Akan ku kenang peristiwa semalam.
Mencintai mu adalah perkara teristimewa.
Buatku bonda.

CERITA KANAK-KANAK


Tersebutlah kisah nun jauh di pedalaman, tinggalnya seorang pemotong kayu yang tua dan miskin. Adapun kemampuannya hanyalah mencari rezeki dengan menebang pokok yang sederhana besarnya untuk dijual sebagai kayu api. Hanya isterinyalah peneman hidup saban hari tanpa dikurniakan anak.
Dijadikan cerita, takdirnya pada suatu pagi.......
Pergilah si tua tersebut jauh ke hutan untuk menebang pokok untuk dibuat kayu api. Tidak seperti kebiasaannya, kali ini si isteri tidak dapat menemani si suami kerana sakit.
Maka ke hutanlah si tua seorangan awal pagi sebelum terbit mentari untuk mencari kayu api. Seharianlah si tua menebang pokok dengan kapak besinya yang telah uzur seuzur usianya.... Sehinggalah kepenatan tidak jua dia berhenti.....
Tiba-tiba... genggamannya semakin lemah lalu terlepas kapak kesayangan dari tangannya lalu tercebur kedalam sungai yg dalam. Menangis sayulah si tua kerana kehilangan kapak yang menjadi punca rezeki... hendak terjun mencari takut disambar arus... meratap lah ia mengenangkan nasib...
Maka...bersimpatilah pari-pari dilangit melihat kegundahan si tua tersebut.... lalu turunlah ia bertanya... "wahai orang tua... kenapa bersedih hati"...
Dengan nada perasaan takut dan terkejut diperamati benar-benar, maka tahulah dia si pari-pari telah turun kebumi menyapakan....lalu diceritakan apa yang berlaku...
"Baiklah..akan kubantu mencari kapak engkau yang tenggelam"... lalu dengan serta merta terjunlah si pari-pari ke dalam sungai.... selang beberapa minit timbul lah kembali si paripari sambil mebawa kapak emas lalu dihulur kepada situa.... Dengan sedih jawab situa "..bukan..ini bukan kepunyaan hamba...tidak mampu hamba memiliki kapak emas ini"....
Lalu terjunlah sekali lagi si pari-pari ke dalam sungai dan timbul kembali bersama kapak perak. Tidak jua mengaku si tua kerana itu bukan kapak miliknya. Sekali lagi si pari-pari terjun lalu membawa pula kapak gangsa. Tidak juga si tua itu menerimanya sehinggalah si pari-pari membawakannya kapak besi yang uzur.
Maka apabila terpandang akan kapak itu...giranglah hatinya kerana itulah kapak miliknya. Lalu si pari-pari menyerahkan kapak tersebut kepada si tua. Sebagai balasan kejujuranya kapak emas, perak dan gangsa turut dihadiahkan.
Pulanglah si tua dengan hati yang gembira. Sesampainya ke rumah lalu diceritakan kepada isterinya apa yang berlaku. Si isteri turut bergembira dengan kejujuran suaminya.
Keesokan harinya isteri si tua itupun sihat...

Keledai dan Garam Muatannya

Seorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.

Tujuh Burung Gagak

Dahulu, ada seorang laki-laki yang memiliki tujuh orang anak laki-laki, dan laki-laki tersebut belum memiliki anak perempuan yang lama diidam-idamkannya. Seriiring dengan berjalannya waktu, istrinya akhirnya melahirkan seorang anak perempuan. Laki-laki tersebut sangat gembira, tetapi anak perempuan yang baru lahir itu sangat kecil dan sering sakit-sakitan. Seorang tabib memberitahu laki-laki tersebut agar mengambil air yang ada pada suatu sumur dan memandikan anak perempuannya yang sakit-sakitan dengan air dari sumur itu agar anak tersebut memperoleh berkah dan kesehatan yang baik. Sang ayah lalu menyuruh salah seorang anak laki-lakinya untuk mengambil air dari sumur tersebut. Enam orang anak laki-laki lainnya ingin ikut untuk mengambil air dan masing-masing anak laki-laki itu sangat ingin untuk mendapatkan air tersebut terlebih dahulu karena rasa sayangnya terhadap adik perempuan satu-satunya. Ketika mereka tiba di sumur dan semua berusaha untuk mengisi kendi yang diberikan kepada mereka, kendi tersebut jatuh ke dalam sumur. Ketujuh anak laki-laki tersebut hanya terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengambil kendi yang jatuh, dan tak satupun dari mereka berani untuk pulang kerumahnya.
Ayahnya yang menunggu di rumah akhirnya hilang kesabarannya dan berkata, "Mereka pasti lupa karena bermain-main, anak nakal!" Karena takut anak perempuannya bertambah sakit, dia lalu berteriak marah, "Saya berharap anak laki-lakiku semua berubah menjadi burung gagak." Saat kata itu keluar dari mulutnya, dia mendengar kepakan sayap yang terbang di udara, sang Ayah lalu keluar dan melihat tujuh ekor burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah menjadi sangat menyesal karena mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana membatalkan kutukan itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya, sang Ayah dan Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak perempuannya berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Gadis itu tidak pernah mengetahui bahwa dia mempunyai tujuh orang kakak laki-laki karena orangtuanya tidak pernah memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak sengaja gadis tersebut mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis tersebut memang sangat cantik, tetapi gadis tersebut harus disalahkan karena mengakibatkan nasib buruk pada ketujuh saudaranya." Gadis tersebut menjadi sangat sedih dan bertanya kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya. Akhirnya orangtuanya menceritakan semua kejadian yang menimpa ketujuh saudara gadis itu. Sang Gadis menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara diam-diam. Dia tidak membawa apapun kecuali sebuah cincin kecil milik orangtuanya, sebuah roti untuk menahan lapar dan sedikit air untuk menahan haus.
Gadis tersebut berjalan terus, terus sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari, tetapi matahari terlalu panas, lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu dingin, lalu dia menemui bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat bintang fajar muncul, bintang tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, "Kamu harus menggunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka gunung yang terbuat dari gelas, disana kamu akan dapat menemukan saudara-saudaramu.
Gadis tersebut kemudian mengambil tulang tersebut, menyimpannya dengan hati-hati di pakaiannya dan pergi ke arah gunung yang di tunjuk oleh bintang fajar. Ketika dia telah tiba di gunung tersebut, dia baru sadar bahwa tulang untuk membuka kunci gerbang gunung telah hilang. Karena dia berharap untuk menolong ketujuh saudaranya, maka sang Gadis lalu mengambil sebilah pisau, memotong jari kelinkingnya dan meletakkannya di depan pintu gerbang. Pintu tersebut kemudian terbuka dan sang Gadis dapat masuk kedalam, dimana seorang kerdil menemuinya dan bertanya kepadanya, "Anakku, apa yang kamu cari?" "Saya mencari tujuh saudaraku, tujuh burung gagak," balas sang Gadis. Orang kerdil tersebut lalu berkata, "Tuanku belum pulang ke rumah, jika kamu ingin menemuinya, silahkan masuk dan kamu boleh menunggunya di sini." Lalu orang kerdil tersebut menyiapkan makan siang pada tujuh piring kecil untuk ketujuh saudara laki-laki sang Gadis yang telah menjadi burung gagak. Karena lapar, sang Gadis mengambil dan memakan sedikit makanan yang ada pada tiap-tiap piring dan minum sedikit dari tiap-tiap gelas kecil yang ada. Tetapi pada gelas yang terakhir, dia menjatuhkan cincin milik orangtuanya yang dibawa bersamanya.
Tiba-tiba dia mendengar kepakan sayap burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu berkata, "Sekarang tuanku sudah datang." Saat ketujuh burung gagak akan mulai makan, mereka menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit makanan dari piring mereka. "Siapa yang telah memakan makananku, dan meminum minumanku?" kata salah satunya. Saat burung gagak yang terakhir minum dari gelasnya, sebuah cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut memperhatikan cincin tersebut, burung gagak tersebut berkata, "Diberkatilah kita, saudara perempuan kita yang tersayang mungkin ada disini, inilah saatnya kita bisa terbebas dari kutukan." Sang Gadis yang berdiri di belakang pintu mendengar perkataan mereka, akhirnya maju kedepan dan saat itu pula, ketujuh burung gagak berubah kembali menjadi manusia. Mereka akhirnya berpelukan dan pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia.


Adat Resam Kaum-kaum Di Malaysia
Adat resam boleh ditakrifkankan sebagai aturan atau segala macam perbuatan dan cara hidup. Ianya mencerminkan segala perbuatan yang adakalanya dilakukan setiap hari ataupun musim sama ada berpandukan bulan atau tahun. Ini ialah perkara yang selalu difahami oleh khalayak berkenaan dengan adat resam. Suatu perkataan yang sinonim dengan adat ialah budaya. Walaupun dari aspek bunyinya ia berbeza, tetapi dari segi pengertiannya, ia adalah konsep yang saling bergantung dan sama. Kebiasaan ini merupakan cara harian kita seperti berpakaian, cara makan dan minum, jadual harian dan banyak lagi.
Masyarakat Malaysia ialah suatu masyarakat yang bersifat majmuk dan pelbagai. Ia juga dikenali sebagai masyarakat Jawi iaitu masyarakat yang bercampur dari pelbagai latar belakang. Masyarakat  Malaysia atau masyarakat Jawi yang mempunyai pelbagai latar belakang. Oleh sebab itu, setiap bangsa atau ras didalam sistem sosial Malaysia pastinya berbeza satu sama lain dari segi latar belakangnya. Tidak terkecuali berbeza dari segi adat dan budaya.
Selain itu, adat resam juga merupakan upacara-upacara dalam pusingan kehidupan seseorang manusia misalnya adat kelahiran, adat berkhatan ( untuk orang Islam ), adat perkahwinan dan adat kematian serta memperingatinya setiap tahun.
Adat resam juga merupakan upacara dalam kalendar kehidupan sepanjang tahun. Contohnya, adat mengenai pertanian dari menanam hingga menuai padi dan upacara puja pantai bagi para nelayan. Terdapat juga adat yang merupakan perayaan tahunan seperti menyambut Tahun Baru Cina atau Kristian, perayaan Hari Raya Puasa Islam, perayaan Thaipusam dan Deepavali Tamil atau perayaan Gawai Iban dan Keamatan Kadazandusun. Semua adat resam ini adalah cerminan budi bahasa.
Adat resam masyarakat Melayu adalah berasaskan kepada ajaran agama Islam dan warisan kebudayaan mereka. Orang Melayu biasanya saling menyapa dengan ucapan “Salam” dan berjabat tangan.  Kepada orang bukan Islam mereka mengucapkan “Selamat pagi” atau sebagainya mengikut keadaan. Pada setiap hari Jumaat pula mereka mengadakan sembahyang Jumaat beramai-ramai di masjid. Pada bulan-bulan tertentu mereka mengadakan acara ibadat tertentu seperti bulan Muharam dengan sambutan awal Muharam, Ramadan dengan berpuasa selama sebulan, Syawal dengan Hari raya Puasa, Zulkaedah, Zulhijah dengan pergi Mekah untuk naik haji dan merayakan Hari Raya Haji atau Raya Korban.
Dari segi adat istiadat dan upacara pula terdapat beberapa jenis adat dalam perubahan hidup orang Melayu semasa menyambut kelahiran seorang bayi. Jika bayi lelaki dilahirkan, sebaik sahaja dibersihkan dan dibedung, dia disambut oleh seorang lelaki dewasa yang menyerukan ‘azan’ perlahan-lahan di telinganya. Jika bayi perempuan diserukan dengan ‘Iqamat’. Kebiasaannya  setelah beberapa hari, sekurangnya seminggu, seorang anak itu diberi nama dan dicukur rambutnya. Bagi kanak-kanak lelaki mereka dikhatankan semasa berumur 6 hingga 10 tahun manakala perempuan mereka dikhatankan semasa masih bayi lagi.
Bagi wanita yang hamil, beberapa upacara dan pantang larang diikuti. Bagi anak pertama secara tradisi diadakan upacara ‘lenggang perut’. Ini bertujuan untuk menjaga keselamatan semasa bayi dilahirkan ataupun semasa berada dalam kandungan.
Di samping upacara-upacara tadi terdapat juga upacara dalam sistem pertanian seperti penanaman padi, menangkap ikan dan juga membina rumah. Ada juga tradisi berkaitan hantu dan kejadian alam yang mempunyai pantang larang. Banyak pantang larang dahulu telah dilupakan dan tidak lagi diamalkan oleh masyarakat Islam atau Melayu dewasa kini.
Kaum Cina di Malaysia mempunyai beberapa pegangan dalam menjalankan proses kehidupan mereka seperti juga lain-lain kaum. Masyarakat Cina juga mempunyai adat tentang perkahwinan, kematian, dan sebagainya. Apa yang menarik berkenaan adat kaum Cina ialah suatu bentuk adat dan petua untuk kehidupan yang mereka namakan “Feng Shui”. Pengaruhnya “Feng Shui” masih menebal dalam kalangan mereka pada hari ini. Lazimnya adat istiadat Cina dipengaruhi oleh unsur Buddha yang menjadi pegangan kebanyakan ahli dalam masyarakat Cina. Falsafah lampau juga banyak mempengaruhi adat istiadat Cina sehingga menyebabkan mereka mempunyai pelbagai acara-acara dan pantang larang yang berorientasikan adat.
Adat resam orang Cina terdiri daripada pelbagai kepercayaan tentang alam dan campuran falsafah serta etika dari ahli-ahli fikir zaman kuno serta agama Buddha. Tanpa kepercayaan khusus tentang Tuhan maka keluarga dan negara menjadi tumpuan pemujaan mereka. Dalam keluarga, roh nenek moyang menjadi tumpuan pemujaan. Ia ditandakan oleh sekeping Papan Peringatan ( tablet ) yang dicatatkan nama keturunannya. Papan ini merupakan tumpuan penyembahan keluarga dan diletakkan di ruang tamu rumah. Setelah beberapa generasi barulah papan ini disimpan di rumah klen ( huay kuan ) ataupun di rumah tokong.
Lebih luas dari keluarga ialah persatuan perdagangan dan juga klen yang memuja seorang leluhur atau  nenek moyang yang sama. Oleh kerana klen itu sangat penting maka di kalangan orang Cina terdapat nama keluarga. Secara tradisi terdapat banyak nama keluarga dan ianya diturunkan melalui anak lelaki. Kepentingan meneruskan keluarga menyebabkan perkahwinan seorang lelaki amat penting.
Kelahiran seorang anak pula mengikut beberapa adat pantang larang untuk menjaga kesihatan si ibu dan kandungan. Pada hari ke 29 bayi dicukur dan rambutnya dibungkus dengan kain merah dan digantung dekat bantalnya selama 100 hari dan kemudian dibuang ke sungai. Setelah sebulan upacara Bulan Penuh akan diadakan dengan meriah. Ulang tahun kelahirannya tidak diperingati kecuali oleh anaknya pada waktu tua secara besaran.
Sepanjang tahun banyak sekali perayaan yang diikuti oleh orang Cina. Setiap bulan ada kegiatan dan upacara serta dewanya untuk dipuja. Adat resam mereka amatlah banyak dan dilakukan mengikut perubahan ‘musim’ terutama musim pertanian dan iklim seperti di negeri China. Antara upacara-upacara yang diraikan masyarakat Cina selain dari Tahun Baru Cina dan Chap Goh Meh ialah adat Ulang Tahun Kematian, adat Puja Kampung, adat Mencuci Kubur, Sembahyang Hajat dan Menjamu Keramat. Adat-adat ini tampak seumpama perbuatan-perbuatan yang menjadi amalan masyarakat Melayu. Namun ianya pastilah berbeza dan dijalankan dengan cara dan matlamat yang berbeza bagi mewujudkan identiti masyarakat Cina yang tersendiri.
Masyarakat India, khususnya Tamil mengikut adat resam agama Hindu meskipun ramai orang India yang beragama lain. Mereka menyapa dengan sebutan ‘vanakam’. Keluarga amat penting dalam masyarakat Tamil. Meskipun bapa memainkan peranan utama tetapi ibu adalah paling dihormati yang dianggap mulia, “Ibu adalah umpama Tuhan” dan anak perempuan pun dipanggil ‘amma’ seperti seorang ibu.
Suami pula di dalam masyarakat India adalah ‘Tuhan bagi isterinya’ dan mesti sentiasa dihormati. Oleh kerana itu, proses perkahwinan India mesti ditentukan oleh seorang ketua agama yang membuat tilikan masa bertuah serta keserasian pasangan yang akan berkahwin. Masa perkahwinan yang dianggap bertuah amatlah penting bagi menjalankan segala acara dan upacara untuk mengelakkan berlakunya malapetaka ataupun nasib buruk. Untuk mengelakkan dari keadaan buruk, maka biasanya perkahwinan dilakukan pada waktu tengah malam atau waktu matahari akan naik. Upacara perkahwinan dilakukan di rumah pengantin perempuan ataupun di kuil oleh seorang ketua agama.
Seperti juga adat kaum-kaum lain, kelahiran seorang bayi adalah acara yang penting kepada keluarga dan masyarakat India. Selama 16 hari selepas kelahiran bayi, ahli keluarga tidak boleh melakukan sebarang upacara agama. Pada hari ke 16 kelahiran, upacara penting diadakan untuk menamakan anak. Ketika ini rumah dan buaian akan dihias cantik dan jiran-jiran dijemput bersama meraikan upacara tersebut.
Dari aspek perayaan, terdapat banyak perayaan di kalangan masyarakat India. Mengikut kalendar Hindu mereka akan mengadakan pelbagai upacara sembahyang berkaitan musim dan perubahan tahun seperti di negeri India. Masyarakat Hindu akan bersembahyang sebanyak tiga kali sehari iaitu pada waktu pagi, tengahari dan petang di tempat tertentu di rumah.
Perayaan kaum India diadakan dengan mengikuti peredaran bulan dan setiap bulan ditandakan oleh bulan mengembang dan bulan menirus. Terdapat 21 jenis perayaan didalam adat masyarakat India. Perayaan-perayaan itu termasuklah Deepavali, Thaipusam dan Thaiponggal.
Secara ringkas bolehlah dikatakan aspek adat resam yang menjadi teras identiti dan keperibadian negara Malaysia telah dapat diterima dan diikuti secara beransur-ansur oleh setiap golongan rakyat Malaysia. Namun demikian pelaksanaannya pasti rumit dan tidak akan dapat dicapai dalam masa yang singkat. Kesedaran dan kefahaman yang luas akan dapat membantu mencapai hasrat dan cita-cita pelaksanaan ini kerana dengan keinsafan itu sahaja adat yang membentuk identiti dan keperibadian kebangsaan akan dapat dibezakan dengan adat yang bersifat kesukuan atau perkauman. Identiti dan keperibadian yang dipupuk itu akan mencirikan sifat-sifat persamaan yang melampaui batas-batas suku kaum dan akan memperlihatkan keperibadian kebangsaan Malaysia itu sendiri sebagai sebuah negara yang merdeka dan bermaruah.

Nukilan,
Mahadzir bin Shaari
Foon Yew 5.

KOLEKSI PANTUN MAJLIS

PANTUN PEMBUKA ACARA

Melati kuntum tumbuh melata,
Sayang merbah di pohon cemara;
Assalamualaikum mulanya kata,
Saya sembah pembuka bicara.

Ingin rasa memakan kari,
Kari cendawan batang keladi;
Girang rasa tidak terperi,
Bertemu tuan yang baik budi.

Mencari timba si anak dara,
Di bawah sarang burung tempua;
Salam sembah pembuka bicara,
Selamat datang untuk semua.

Sayang kumbang mencari makan,
Terbang seiring di tepi kali;
Selamat datang kami ucapkan,
Moga diiring restu Ilahi.

Ke Pekan Kuala membeli bingka,
Sayang pesanan terlupa sudah;
Majlis bermula tirai dibuka,
Dengan alunan madah yang indah.

Indah berbalam si awan petang,
Berarak di celah pepohon ara;
Pemanis kalam selamat datang,
Awal bismillah pembuka bicara.

PANTUN BACAAN DOA

Kalau pergi Tanjung Keramat,
Anak manis jangan diangkat;
Bersama kita memohon rahmat,
Moga majlis mendapat berkat.

Tetak buluh kajang sepuluh,
Laksana dititing kias ibarat;
Angkat tangan jemari sepuluh,
Doa di pohon biar selamat.
 
Lebat kemiri pohonnya rendah,
Dahan terikat tali perkasa;
Sepuluh jari kami menadah,
Mohon berkat yang Maha Esa.

Tetak buluh kajang sepuluh,
Mari jolok sarang penyengat;
Angkat tangan jemari sepuluh,
Doa di pohon biar selamat.

PANTUN JEMPUT MAKAN

Lebat rumbia di Sungai Kedah,
Sayang senduduk di tepi muara;
Penganan mulia terletak sudah,
Samalah duduk menjamu selera.

Terbang sekawan si burung merbuk,
Batang selasih di Tanjung Dara;
Padamu tuan kami persembah,
Santapan kasih juadah mesra.

Kalau tuan pikat cemara,
Buatlah bara bakar selasih;
Sudilah tuan jamu selera,
Hidangan mesra pengikat kasih.

Sungguh indah bunga kemboja,
Di bawah atap tepi halaman;
Juadah sudah letak di meja,
Sudilah santap tuan budiman.

PANTUN UCAPAN ALU-ALUAN

Bukan rumput sebarang rumpun,
Rumput penghias tepi halaman;
Bukan jemput sebarang jemput,
Jemput memohon kata aluan.

Duduk sekawan gadis jelita,
Buat santapan untuk pahlawan;
Tampillah tuan kami meminta,
Madah ucapan kata aluan.

Sudilah tuan jalan berlapan,
Jalan berlapan di malam kelam;
Sudilah tuan beri ucapan,
Kata aluan pemanis kalam.
  
PANTUN UCAPAN PERASMIAN

Terbang di awan burung jentayu,
Di atas papan batang jerami;
Tampillah tuan kami merayu,
Bersama ucapan kata perasmi.

Daun semulur di pekan sari,
Batang jerami rebah ke bumi;
Madah dihulur sembah diberi,
Kata perasmi hajatnya kami.
 
Kalau tuan pikat kenari,
Jangan patahkan batang jerami;
Kepada tuan sembah diberi,
Mohon rasmikan majlis kami.

PANTUN DI AKHIR MAJLIS

Banyak keluk ke penarik,
Keluk tumbuh pohon kuini;
Nan elok bawalah balik,
Nan tak elok tinggallah di sini.

Bunga dedap di atas para,
Anak dusun pasang pelita;
Kalau tersilap tutur bicara,
Jemari disusun maaf dipinta.

Pohon berangan tempat bertemu,
Girangnya rasa si anak dara;
Baliklah tuan membawa ilmu,
Binalah bangsa bangunkan negara.

Di atas dahan burung tempua,
Melihat rusa tepi perigi;
Salam perpisahan untuk semua,
Dilain masa bersua lagi.

Dari Rokan ke Indragiri,
Membawa tinta ke Kuala Linggi;
Baliklah tuan rehatkan diri,
Esok kita bersua lagi.

Dari Kedah ke pekan sari,
Beli suasa di Kota Tinggi;
Selesai sudah tugas diberi,
Di lain masa bersua lagi.