Tersebutlah kisah nun jauh di pedalaman,
tinggalnya seorang pemotong kayu yang tua dan miskin. Adapun kemampuannya
hanyalah mencari rezeki dengan menebang pokok yang sederhana besarnya untuk
dijual sebagai kayu api. Hanya isterinyalah peneman hidup saban hari tanpa
dikurniakan anak.
Dijadikan cerita, takdirnya pada suatu
pagi.......
Pergilah si tua tersebut jauh ke hutan
untuk menebang pokok untuk dibuat kayu api. Tidak seperti kebiasaannya, kali
ini si isteri tidak dapat menemani si suami kerana sakit.
Maka ke hutanlah si tua seorangan awal
pagi sebelum terbit mentari untuk mencari kayu api. Seharianlah si tua menebang
pokok dengan kapak besinya yang telah uzur seuzur usianya.... Sehinggalah
kepenatan tidak jua dia berhenti.....
Tiba-tiba... genggamannya semakin lemah
lalu terlepas kapak kesayangan dari tangannya lalu tercebur kedalam sungai yg
dalam. Menangis sayulah si tua kerana kehilangan kapak yang menjadi punca
rezeki... hendak terjun mencari takut disambar arus... meratap lah ia
mengenangkan nasib...
Maka...bersimpatilah pari-pari dilangit
melihat kegundahan si tua tersebut.... lalu turunlah ia bertanya... "wahai
orang tua... kenapa bersedih hati"...
Dengan nada perasaan takut dan terkejut
diperamati benar-benar, maka tahulah dia si pari-pari telah turun kebumi
menyapakan....lalu diceritakan apa yang berlaku...
"Baiklah..akan kubantu mencari
kapak engkau yang tenggelam"... lalu dengan serta merta terjunlah si
pari-pari ke dalam sungai.... selang beberapa minit timbul lah kembali si
paripari sambil mebawa kapak emas lalu dihulur kepada situa.... Dengan sedih
jawab situa "..bukan..ini bukan kepunyaan hamba...tidak mampu hamba
memiliki kapak emas ini"....
Lalu terjunlah sekali lagi si pari-pari
ke dalam sungai dan timbul kembali bersama kapak perak. Tidak jua mengaku si
tua kerana itu bukan kapak miliknya. Sekali lagi si pari-pari terjun lalu
membawa pula kapak gangsa. Tidak juga si tua itu menerimanya sehinggalah si
pari-pari membawakannya kapak besi yang uzur.
Maka apabila terpandang akan kapak
itu...giranglah hatinya kerana itulah kapak miliknya. Lalu si pari-pari
menyerahkan kapak tersebut kepada si tua. Sebagai balasan kejujuranya kapak
emas, perak dan gangsa turut dihadiahkan.
Pulanglah si tua dengan hati yang
gembira. Sesampainya ke rumah lalu diceritakan kepada isterinya apa yang
berlaku. Si isteri turut bergembira dengan kejujuran suaminya.
Keesokan harinya isteri
si tua itupun sihat...
Keledai dan Garam Muatannya
Seorang pedagang, menuntun keledainya
untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui
sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini,
keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah
sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya
beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang
dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena
merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih
ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan
mereka.
Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali
membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat
tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir
jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan
cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa
keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan
keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka
kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan
diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang
keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret
dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari
sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.
Tujuh Burung Gagak
Dahulu, ada seorang laki-laki yang memiliki
tujuh orang anak laki-laki, dan laki-laki tersebut belum memiliki anak
perempuan yang lama diidam-idamkannya. Seriiring dengan berjalannya waktu,
istrinya akhirnya melahirkan seorang anak perempuan. Laki-laki tersebut sangat
gembira, tetapi anak perempuan yang baru lahir itu sangat kecil dan sering
sakit-sakitan. Seorang tabib memberitahu laki-laki tersebut agar mengambil air
yang ada pada suatu sumur dan memandikan anak perempuannya yang sakit-sakitan
dengan air dari sumur itu agar anak tersebut memperoleh berkah dan kesehatan
yang baik. Sang ayah lalu menyuruh salah seorang anak laki-lakinya untuk
mengambil air dari sumur tersebut. Enam orang anak laki-laki lainnya ingin ikut
untuk mengambil air dan masing-masing anak laki-laki itu sangat ingin untuk
mendapatkan air tersebut terlebih dahulu karena rasa sayangnya terhadap
adik perempuan satu-satunya. Ketika mereka tiba di sumur dan semua berusaha
untuk mengisi kendi yang diberikan kepada mereka, kendi tersebut jatuh ke dalam
sumur. Ketujuh anak laki-laki tersebut hanya terdiam dan tidak tahu harus
melakukan apa untuk mengambil kendi yang jatuh, dan tak satupun dari mereka
berani untuk pulang kerumahnya.
Ayahnya yang menunggu di rumah akhirnya
hilang kesabarannya dan berkata, "Mereka pasti lupa karena bermain-main,
anak nakal!" Karena takut anak perempuannya bertambah sakit, dia lalu
berteriak marah, "Saya berharap anak laki-lakiku semua berubah menjadi
burung gagak." Saat kata itu keluar dari mulutnya, dia mendengar kepakan
sayap yang terbang di udara, sang Ayah lalu keluar dan melihat tujuh ekor
burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah menjadi sangat menyesal karena
mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana membatalkan kutukan
itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya, sang Ayah dan
Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak perempuannya
berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut tumbuh menjadi
gadis yang cantik.
Gadis itu tidak pernah mengetahui bahwa dia
mempunyai tujuh orang kakak laki-laki karena orangtuanya tidak pernah
memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak sengaja gadis tersebut
mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis tersebut memang sangat cantik,
tetapi gadis tersebut harus disalahkan karena mengakibatkan nasib buruk pada
ketujuh saudaranya." Gadis tersebut menjadi sangat sedih dan bertanya
kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya. Akhirnya orangtuanya
menceritakan semua kejadian yang menimpa ketujuh saudara gadis itu. Sang Gadis
menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara
diam-diam. Dia tidak membawa apapun kecuali sebuah cincin kecil milik
orangtuanya, sebuah roti untuk menahan lapar dan sedikit air untuk menahan haus.
Gadis tersebut berjalan terus, terus sampai
ke ujung dunia. Dia menemui matahari, tetapi matahari terlalu panas, lalu dia
kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu dingin, lalu dia menemui
bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat bintang fajar muncul, bintang
tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, "Kamu harus
menggunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka gunung yang terbuat dari
gelas, disana kamu akan dapat menemukan saudara-saudaramu.
Gadis tersebut kemudian mengambil tulang
tersebut, menyimpannya dengan hati-hati di pakaiannya dan pergi ke arah gunung
yang di tunjuk oleh bintang fajar. Ketika dia telah tiba di gunung tersebut,
dia baru sadar bahwa tulang untuk membuka kunci gerbang gunung telah hilang.
Karena dia berharap untuk menolong ketujuh saudaranya, maka sang Gadis lalu
mengambil sebilah pisau, memotong jari kelinkingnya dan meletakkannya di depan
pintu gerbang. Pintu tersebut kemudian terbuka dan sang Gadis dapat masuk
kedalam, dimana seorang kerdil menemuinya dan bertanya kepadanya, "Anakku,
apa yang kamu cari?" "Saya mencari tujuh saudaraku, tujuh burung
gagak," balas sang Gadis. Orang kerdil tersebut lalu berkata, "Tuanku
belum pulang ke rumah, jika kamu ingin menemuinya, silahkan masuk dan kamu
boleh menunggunya di sini." Lalu orang kerdil tersebut menyiapkan makan
siang pada tujuh piring kecil untuk ketujuh saudara laki-laki sang Gadis yang
telah menjadi burung gagak. Karena lapar, sang Gadis mengambil dan memakan
sedikit makanan yang ada pada tiap-tiap piring dan minum sedikit dari tiap-tiap
gelas kecil yang ada. Tetapi pada gelas yang terakhir, dia menjatuhkan cincin
milik orangtuanya yang dibawa bersamanya.
Tiba-tiba dia mendengar kepakan sayap
burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu berkata, "Sekarang tuanku
sudah datang." Saat ketujuh burung gagak akan mulai makan, mereka
menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit makanan dari piring mereka.
"Siapa yang telah memakan makananku, dan meminum minumanku?" kata
salah satunya. Saat burung gagak yang terakhir minum dari gelasnya, sebuah
cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut memperhatikan cincin
tersebut, burung gagak tersebut berkata, "Diberkatilah kita, saudara
perempuan kita yang tersayang mungkin ada disini, inilah saatnya kita bisa terbebas
dari kutukan." Sang Gadis yang berdiri di belakang pintu mendengar
perkataan mereka, akhirnya maju kedepan dan saat itu pula, ketujuh burung gagak
berubah kembali menjadi manusia. Mereka akhirnya berpelukan dan pulang bersama
ke rumah mereka dengan bahagia.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan